Jumat, 24 Oktober 2014

Dalam perspektif agama



Dalam perspektif agama, apa yang disebut amal baik/ kebaikan dinilai dr 2 aspek: sosial & spiritual? Aspek sosial berkaitan dengan dampaknya pada masyarakat. Kebaikan adalah sesuatu yang memberikan nilai positif pada orang lain.
Jika kita membantu anak yatim, kaum fakir atau korban bencana misalnya, maka itu adalah amal baik atau dinilai sebagai sebuah kebaikan. Sebab, disanalah ada nilai positif yang kita berikan & ada kemanfaatan yang dapat digunakan atau diperoleh oleh orang lain. Aspek spiritual berkaitan dengan niat, tujuan atau motivasi yg melandasinya; atas dasar apa & untuk apa perbuatan baik tsb dilakukan
Pada aspek ini, menurut agama, kebaikan adalah segala amal postif / amal baik yg dilakukan atas dasar dan landasan iman terhadap Tuhan. Secara teologis, semua amal baik harus berlandaskan iman. Amal yang dilakukan tanpa dasar iman tidak bernilai secara spiritual, meski bermanfaat secara sosial. Selain itu, amal juga harus diarahkan/ diniatkan untuk Tuhan, bukan ikhlas atas dasar pamrih, dsb.
Kata “amal saleh” dikaitkan dengan “iman” dalam Al-Qur’an lebih dari tujuh puluh kali. Apa yang disebut amal saleh itu? Sebagian berpendapat bahwa amal saleh ialah pekerjaan yang disepakati sebagai kebajikan, apapun agamanya. Misalnya, semuanya sepakat bahwa membela orang yang dizalimi itu adalah perbuatan baik. Sebagian orang membatasi amal saleh pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak menuntut upah. Banyak pula yang berpendapat bahwa amal saleh itu berupa sedekah dan ibadah-ibadah ritual. Apa sebetulnya kriteria amal saleh dalam Sunnah?
Berdasarkan kriteria itu, ada empat golongan. Pertama, amalnya mengikuti petunjuk Nabi dan dilakukan dengan ikhlas. Seluruh amalnya dilakukan karena Allah, tidak mencari pujian, pamrih atau balasan dari manusia. Inilah amal saleh yang hakiki. Kedua, amalnya tidak mengikuti petunjuk Nabi dan tidak ikhlas karena Allah. Konglomerat yang menyumbang ratusan juta rupiah untuk mendirikan kasino adalah contoh ekstremnya. Ketiga,amalnya ikhlas tetapi tidak mengikuti petunjuk Rasulullah. Ibn Qayyim al-Jauziyyah mencontohkan ibadah orang-orang bodoh yang tidak ada dasarnya dalam ajaran Islam. Keempat, amalnya mengikuti petunjuk Nabi tapi tidak ikhlas (Madarij al-Salikin, 1:83-85).
Berikut ini kita kutipkan hadis tentang ikhlas: ikhlaskan amal kamu karena Allah; karena Allah tidak menerima kecuali amal yang ikhlas; beramallah untuk satu wajah saja, amal itu akan mencukupimu dari semua wajah yang lain; sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk dan harta kamu, tetapi Ia melihat kepada hatimu dan amalmu; barangsiapa beramal ikhlas selama empat puluh hari, sumber-sumber hikmah akan memancar dari hatinya ke lidahnya(Kanz al-‘Ummal, 3:23-25).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar